Setelah Menjadi Ayah Perubahan apa yang akan Dialami Pria?

saturadar.com | Semua orang mengetahui, saat perempuan menjadi seorang ibu maka akan mengalami perubahan hormon. Lalu bagaimana dengan ayah? Menjadi seorang ayah masa kini artinya harus lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak untuk berinteraksi dan ikut terlibat dalam mengasuh.

Oleh sebab itu, dilakukan banyak penelitian untuk mengetahui perubahan pria ketika sudah menjadi seorang ayah. Berikut ini akan dijelaskan beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh dan emosional para pria sesudah menjadi seorang ayah :

1. Hormon testosteron akan menurun
Hasil sebuah riset yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences menjelaskan saat seorang pria sudah menjadi ayah, homon testosteronnya akan menyusut, dan akan terus menurun ketika seorang ayah ikut mengasuh anaknya.

Hal tersebut sangat masuk akal mengingat testosteron yang rendah sebetulnya mendukung pola asuh yang baik. Pria yang memiliki hormon testosteron tinggi memiliki kecenderungan lebih sulit mengendalikan amarah, bertindak lebih nekat, dan kurang menunjukkan empati.

Studi tersebut menemukan dan menjelaskan jika pria dengan hormon testosteron rendah lebih bisa merasa simpati dan sanggup merespon tangisan bayi dengan lebih baik.

2. Tidak banyak membantu pekerjaan rumah
Walaupun pandangan umum mengatkan bahwa kaum pria tidak peduli dengan pekerjaan di rumah, lebih memilih bersantai dan menghabiskan banyak waktu membaca koran, tapi itu semua adalah steorotip masa lalu. Dewasa ini kaum pria sudah bersedia mengerjakan pekerjaan rumah tangga, akan tetapi penelitian mendapati jika pria yang baru menjadi ayah kemungkinan akan mengurangi intensitas membantu pekerjaan di rumah.

Studi dari Ohio State University mendapati jika pasangan ayah dan ibu sama-sama bekerja, ayah akan menjadi kurang terlibat dalam pekerjaan rumah dan menjadi kurang terlibat dalam pengasuhan dibanding sang ibu.

3. Memprogram ulang otak secara otomatis
Jika sudah menjadi ayah, otak akan langsung ‘diprogram ulang’ agar dapat mendukung peran baru sebagai pengasuh. Otak secara otomatis memberi stimulan yang membuat seorang ayah ingin terlibat dalam pengasuhan, dan hasilnya karakter akan menjadi lebih baik dan sanggup merespon semua kebutuhan bayi.

Bagian yang bertanggungjawab untuk sensitivitas, Hipotalamus, bekerja dengan ekstra, seperti halnya bagian korteks frontal lateral, yang menstimulasi dan membantu merasakan hubungan emosional dengan bayi.

4. Mengalami kehamilan simpatik
Orang mungkin merasa asing saat mendengar kehamilan simpatik, yaitu kondisi di mana pria juga merasakan sensasi ‘hamil’ saat istrinya sedang mengandung. Faktanya, 10-15 persen pria merasakan Couvade Syndrome atau nama lain dari kehamilan simpatik, yang beberapa dari mereka bertambah bobot tubuhnya, merasakan kesulitan tidur hingga ikut mengalami sembelit dan mual.

5. Merasakan stress pasca-melahirkan
Depresi pasca-melahirkan juga dirasakan juga oleh para ayah. Mereka memiliki resiko 1,38 kali depresi daripada oranglain yang belum menjadi orangtua. Hanya bedaya masa depresi ayah biasanya mundur dan berlangsung setahun pasca bayi lahir. Pria yang mengalami postpartum depression biasanya menolak untuk memperlihatkan sisi emosional, tidak mau menunjukkan gejala depresi juga tidak mau mendapatkan bantuan.

6. Suka bermain gulat
Para ayah lebih sering mengajak anak-anaknya "bergulat" dibanding para ibu. Hal ini merupakan latihan alami untuk anak-anak. Permainan ini disebut “high-intensity interactions,” yaitu saat para ayah membantu anaknya supaya semakin berani bereskplorasi dan mandiri dan meningkatkan kemampuan sosial. Jadi jangan cemas saat para ayah dan anaknya seolah meniru pertandingan brazilian jiu jitsu, karena sebetulnya itu baik untuk tumbuh kembang anak.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel