Suku Asmat : Sejarah, Keyakinan, Adat Istiadat, Bahasa, Pakaian Adat, Kesenian dan Rumah Adat Suku Asmat

ukiran suku asmat

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua yang sangat terkenal dengan hasil ukiran kayunya bahkan hingga ke mancanegara. Selain dari ukiran kayunya yang mendunia, suku asmat masih memiliki banyak keunikan lainnya. Untuk informasi selengkapnya mari kita baca penjelasan di bawah ini.

Sejarah Suku Asmat

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua, yang terkenal dengan seni ukir kayu. Suku ini terbagi dua yaitu yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di pedalaman. Meskipun dari suku yang sama, tetapi kedua populasi tersebut memiliki banyak perbedaan, mulai dari dialek, cara hidup, struktur sosial hingga ritual.

Suku Asmat yang berada di pesisir pantai juga masih terbagi dua, yaitu suku Simai dan satu lagi suku Bisman yang hidup di sekitar sungai Sinesty dan sungai Nin. Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo Jayawijaya dan di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua.

Sejarah Suku Asmat


Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian. Jarak antar pemukiman cukup jauh sehingga bisa menghabiskan waktu tempuh selama 2 hari 1 malam untuk perjalanan dan dilakukan dengan berjalan kaki karena alasan kondisi geografis.

Suku Asmat mempercayai jika mereka berasal dari keturunan dewa Fumeripitsy, yaitu dewa yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Dewa ini turun di tempat yang jauh, disebuah pegunungan lalu berjalan turun ke hilir, yaitu tempat yang sekarang menjadi kediaman orang Asmat hilir.

Saat berjalan dari hulu sunga ke arah laut, dewa Fumeripitsy diserang oleh seekor buaya raksasa, perahu yang ditumpanginya tenggelam, hingga ia terpaksa berkelahi dan harus membunuh buaya tersebut. Namun dirinya juga terluka parah dan akhirnya terbawa arus hingga terdampar di tepi sungai Asewetsy, desa Syuru sekarang.

Lalu datang seekor burung Flamingo yang merawat luka dari Fumeripitsy, hingga ia sembuh. Sebagai bentuk syukurnya, Fumeripitsy lalu membangun rumah yew, lalu membuat sepasang patung yang indah dan membuat sebuah gendering dapat berbunyi sangat kencang.

Setelah ia selesai, Fumeripitsy mulai menari tanpa henti hingga kekuatan sakti yang ada pada dirinya keluar dan memberi kehidupan kepada sepasang patung tadi. Setelah itu sepasang patung itu pun akhirnya bergerak dan ikut menari, dan mereka berdualah yang diyakini sebagai pasangan manusia yang pertama atau nenek moyang orang Asmat.

Baca Juga : Suku Dayak

Keyakinan atau Kepercayaan Suku Asmat

Suku Asmat adalah suku yang menganut Animisme, sampai dengan masuknya para Misionaris pembawa ajaran baru, maka mereka mulai mengenal agama lain selain agam nenek-moyang. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam.

Masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yang digolongkan ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :

  • Arwah nenek moyang yang baik, yang disebut  Yi – ow
  • Arwah nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan
  • Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut Dambin – ow

Orang Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk berkomunikasi dengan arwah nenek moyangnya, antara lain dengan menghiasi perisai, mengukir  topeng, atau pembuatan patung. Pembuatan benda-benda ini biasanya dimeriahkan dengan pesta makan, nyanyian dan tarian serta peragaan kisah petualangan dewa Fumeripitsy dengan gerakan dan dialog.

Baca Juga : Suku Sasak

Adat Istiadat Suku Asmat

Seperti masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat juga memiliki ritual atau acara khusus, antara lain seperti :

1. Kehamilan

Selama proses kehamilan, anak dalam kandungan akan dijaga dengan sangat baik karena dianggap sebagai generai penerus, dan diharapkan dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.

2. Kelahiran

Sesudah kelahiran bayi, akan dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang memakai Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Bayi yang  dilahirkan akan diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.

3. Pernikahan

Pernikahan akakn dilakukan bagi suku Asmat yang sudah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki sesudah kedua belah pihak mencapai kesepakatan. Maharnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson.

Apabila ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya meskipun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.

4. Kematian

Pemimpin Suku Asmat

Kepala suku yang meninggal akan dijadikan mumi dan jasadnya akan dipajang di depan suku ini. Namun jika hanya orang biasa, jasadnya akan dikuburkan, dengan diiringi iringan nyanyian berbahasa Asmat. Pihak keluarga yang ditinggalkan biasanya akan memotong ruas jari tangannya sebagai bentuk rasa kehilangan yang luar biasa dari anggota keluarganya.

Baca Juga : Suku Jawa

Bahasa Suku Asmat

Bahasa suku Asmat digolongkan berdasarkan wilayah tinggal orang Asmat, yaitu orang Asmat wilayah pantai atau hilir sungai dan Asmat hulu sungai. Para ahli bahasa membagi bahasa tersebut menjadi :

1. Suku Asmat hilir sungai menjadi bagian kelompok pantai barat laut atau pantai Flamingo dengan bahasa Kaniak, Bisman, Simay, dan Becembub. Suku Asmat bagian kelompok Pantai Barat daya atau Kasuarina dengan bahasa Batia dan Sapan.

2. Suku Asmat hulu sungai menjadi bagian kelompok Keenok dan Kaimok.

Bahasa masyarakat Asmat bisa diidentifikasi dengan membandingkan bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga, dan subkeluarga. Atau dengan melihat aspek fonetik, fonologi, sintaksis, morfologi dan semantik bahasa Asmat.

Pakaian Suku Asmat

Selain terkenal dengan seni ukirnya, suku Asmat terkenal dengan pakaian tradisionalnya yang khas. Seluruh bahan yang digunakan untuk membuat pakaian suku Asmat adalah berasal dari alam. Jika dilihat secara umum, pakaian adat pria dan wanita hampir sama.

Pakaian Adat Androk rok Asmat

Yaitu hanya memakai bawahan berupa rok yang terbuat dari rajutan daun sagu, sebagai representasi kedekatan mereka dengan alam. Di bagian kepala ada penutup yang dibuat dari rajutan daun sagu, kemudian dihias dengan bulu burung kasuari.

Baca Juga : Suku Mante

Kesenian Suku Asmat

Suku Asmat memiliki beragam kesenian yang unik dan menarik untuk diketahui, di bawah ini adalah beberapa kesenian yang dimiliki suku Asmat, antara lain : 

1. Seni Ukir Kayu atau Patung

Meskipun beberapa ukiran suku Asmat tidak tak terpola jelas, tapi setiap ukiran menggambarkan kebesaran suku Asmat dan penghargaan yang besar kepada nenek moyang mereka. Ukirannya bisa berbentuk manusia, perahu dan perisai (Gembes dalam bahasa Asmat).

seni ukir Patung Suku Asmat

Seni ukir suku Asmat sangat populer hingga mancanegara, dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Kisaran harganya dari mulai ratusan ribu hingga puluhan jutaan rupiah. Namun gaya seni patung suku Asmat memiliki beberapa perbedaan, sesuai dengan wailayah asal mereka, diantara seperti :

  • Gaya Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai.

Patung biasanya disusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.

  • Gaya Seni Asmat Barat Laut.

Patung biasanya berbentuk melonjong dan agak melebar bagian bawahnya, bagian kepalanya juga terpisah dari bagian lainnya dengan bentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepala dengan hiasan berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung tadung, ular atau cacing pada bagian badannya.

  • Gaya Seni Asmat Timur.

Perisai dibuat dengan ukuran sangat besar hingga melebihi tinggi orang Asmat, dengan bagian atas yang tidak terpisah jelas dari bagian lain dan dihiasi garis-garis hitam dan merah serta titik-titik putih. Atau ada juga yang bagian kepala terpisah dari badannya, dengan motif hiasan yaitu lingkaran, spiral, siku-siku dan  bentuk geometris lainnya.

2. Seni Tari Tobe

Tari Tobe adalah tarian yang dilakukan oleh 16 orang penari laki-laki dan 2 orang penari perempuan, dan sering dimainkan saat ada upacara adat. Gerakan adalah dengan lompatan-lompatan lincah, dengan diiringi irama tifa dan lantunan lagu-lagu yang mengentak, membuat tarian ini terlihat sangat bersemangat. Tarian ini memang dimaksudkan untuk mengobarkan semangat para prajurit untuk pergi ke medan perang.

Tari Perang Suku Asmat

Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan atau penghormatan kepada roh nenek moyang, yaitu :

  • Mbis adalah pembuatan tiang mbis atau patung nenek moyang.
  • Yentpojmbu adalah pembuatan dan pengukuhan rumah Yew.
  • Tsyembu adalah pembuatan dan pengukuhan perahu lesung.
  • Yamasy adalah upacara perisai.
  • Mbipokumbu adalah upacara topeng.

3. Seni Musik

Orang Asmat memiliki alat musik khusus yang biasa dipakai dalam upacara penting, dan diberi nama ti’a, yaitu alat musik yang terbuat dari selonor batang kayu yang dilobangi. Bentuknya bulat seperti gendang, dengan pahatan berbentuk pola leluhur atau binatang yang dikeramatkan.

Alat Musik Suku Asmat Tifa Ti'a

Permukaannya terdapat ukiran yang menggambarkan lambang yang diambil dari patung bis, yaitu patung yang disakralkan oleh suku Asmat. Patung bis menggambarkan rupa dari anggota keluarga yang telah meninggal. Bagian atasnya dibungkus dengan kulit kadal, lalu diikat dengan rotan yang tahan api.

Ti’a pada umumnya akan diberi nama sesuai dengan orang yang telah meninggal, dan dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional suku Asmat, yaitu Tari Tobe atau yang biasa disebut dengan Tari Perang

Rumah Adat Suku Asmat

Rumah adat suku asmat terbagi menjadi dua jenis, sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing, berikut adalah penjelasannya :

1. Jew

Jew adalah rumah adat suku asmat yang memiliki nama lain yaitu rumah bujang. Jew adalah rumah panggung berukuran besar, bahkan ada yang memiliki lebar belasan meter dengan panjang sampai 50 meter.

Rumah jew memiliki tempat yang istimewa dalam struktur masyarakat suku Asmat, karena sengaja dibangun demi kepentingan khusus saat melakukan kegiatan yang bersifat tradisional atau menurut ketentuan adat.

Rumah jew adalah tempat untuk membicarakan atau mendiskusikan semua urusan yang menyangkut kehidupan warga. Mulai dari rapat adat, tempat membuat kerajinan tangan dan ukiran kayu, tempat perencaan perang, hingga keputusan menyangkut desa mereka sekaligus tempat tinggalnya para laki-laki bujang suku Asmat.

Rumah Jew atau Rumah Bujang

Rumah bujang dianggap sebagai rumah keramat dan dipergunakan untuk upacara keagamaan, oleh sebab itu ada beberapa aturan adat yang harus dipelajari dan dipahami masyarakat Asmat, termasuk dalam syarat pembangunannya.

Rumah ini berfungsi untuk tempat menyimpan senjata berburu dan berperang suku Asmat. Dan dipakai juga untuk menyimpan noken, yaitu tas yang terbuat dari anyaman serat tumbuhan. Tidak semua orang diperbolehkan menyentuh noken yang disimpan dalam rumah jew, sebab noken dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dengan syarat dan aturan tertentu.

Rumah jew dibangun dengan tiang penyangga berbahan kayu besi yang diukir dengan seni ukir suku Asmat, dan biasanya didirikan menghadap kearah sungai. Atapnya menggunakan daun sagu atau daun nipah yang telah dianyam. Dan bagian unik dari rumah ini adalah karena selama pembangunannya tidak memakai paku, melainkan dengan tali yang dibuat dari rotan atau akar tumbuhan.

2. Tysem

Rumah adat tysem disebut juga dengan rumah keluarga, yaitu tempat tinggal mereka yang sudah berkeluarga. Bisa dihuni 2 sampai 3 pasang keluarga, yaitu 1 keluarga inti senior dan 2 sampai 3 keluarga junior. Jumlah anggota keluarga inti masyarakat asmat biasanya terdiri dari 4 sampai 5 atau 8 sampai 10 orang.

Rumah Tysem atau Rumah Keluarga

Rumah adat tysem biasanya dibangun disekeliling rumah adat jew dengan ukuran yang lebih kecil yaitu 3x4x4 meter. Rumah adat suku Asmat ini tidak memakai materi bangunan berupa paku, dan hanya menggunakan bahan-bahan alami yang terdapat di hutan.

Keseharian Suku Asmat

Masyarakat suku Asmat berada pada tingkatan peradaban yang sederhana, oleh sebab itu kegiatan yang dilakukan sehari-hari juga cukup sederhana. Masyarakat suku Asmat melakukan kegiatan bercocok tanam, beternak, mencari ikan dan berburu binatang.

Baca Juga : Suku Baduy

Kegiatan bercocok tanam dengan irigasi bisa dilakukan disekitar sungai, sedangkan yang tanpa irigasi bisa dilakukan di hutan dengan dibiarkan tumbuh secara alami. Masyarakat juga sudah terbiasa berbagi hasil buruannya kepada tetangga dan kerabat, lalu sisanya akan dijual ke pasar dan masyarakat luar. Hal tersebut dilakukan untuk keberlangsungan kehidupan suku ini.

Demikianlah penjelasan mengenai sejarah, keyakinan, adat istiadat, bahasa, pakaian adat, kesenian dan rumah adat suku Asmat. Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa memberikan informasi yang dibutuhkan pembaca.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel